Sabtu, 11 April 2009

renungan

Subhanallah,,

Adalah kata yang seketika terucap kala ku membuka jendela di pagi itu, ya,,, di pagihari nan elok,didalam kamar didekat jendela kayu yang berumur lebih tua dari aku,bahkan lebih tua dari usia bapakku, yang ketika kulit luarnya yang nampak kokoh dipegang keluar semacam serbuk kayu dari dalamnya, yang menandakan bahwa dia tidak mampu lagi menahan beban yang harus dia tanggung. Tapi bukan itu yang membuat ke dua mataku terbelalak kagum seraya mengucapkan subhanallah,ya,,, benar,, adalah cahaya mentari pagi nan elok, warna kuning keemasannya seperti telor dadar setengah matang, menandakan betapa berharganya dia, betapa berharganya dia bagiku dan bertrliun-triliun makhluk lain di bumi dan di alam semesta ini, karena tanpa-Nya, zat yang maha agung yang menciptakan benda besar berselubung api yang menganga yang mana jika benda berdekatan dalam radius beberapa kilo meter sudah terbakar habis. Sungguh kehadirannya membuat alam semesta ini ber irama,berkesinambungn,dan bermanfaat bagi semuanya, terutama di bumi kita ini. Maha besar allah dengan segala firman,kekuasaan dan keagungannya.

Kembali kepagi itu,warna nan elok diiringi dengan langit yang cerah dan alunan kicauan burung memecah suasana sunyi tadi malam, disusul dengan kokok ayam jantan dari kejauhan dan semakin mendakat, sungguh suasana yang menyejukkan hati, udara pagi yang segar karena belum tercemar masuk kedalam urat nadi, mengalir kedalam aliran darah, melancarkan aliran oksigen kedalam otak yang membuat kita bisa berfikir jernih, memberikan semangat hidup baru,memberikan gairah kehidupan untuk senantiasa berusaha,bersabar dan bersyukur dan menyerahkan segala sesuatu yang sudah kita jalani kepada-Nya tuhan semesta alam yaitu ALLAH..

Sungguh suasana pagi hari yang indah mengiringi sang fajar menyingsing memulai kejayaannya sebagai raja siang yang tangguh dengan kasih sayangnya dan kehangatan sinarnya mendorong semangat baru untuk hadir. Lalu ku teringat kemarin sore,, dirumah ini,, di kamar sebelah,di ruangtamu, yang sederhana denagan sofa berada dipojok ruangan, aku duduk di tempat paling ujung, ya berhadapan dengan jendela depan.nampak jelas diseberang sana,di balik jendela kaca yang terpasang di sebelah pintu masuk yang tak simetris lagi bentuknya, termakan oleh usia dan lapuk seiring bergantinya musim,tahun demi tahun, bertanda bahwa harus ada generasi baru meneruskan pengapdiannya selama ini. Ya diseberangsana,dibalik jedela kaca yang entah berapa jauhnya, cahaya kuning keemasan bertanda sang fajar telah mendekati tempat peraduannya, setelah jasa & perjuangannya menjaga kestabilan dan keseimbangan sehari tadi. Seakan tak rela meninggalkan kami menuju tempat peraduannya, memancarkan aroma kerinduan yang mendalam akan perjumpaan esok hari. Sepertinya kerinduannya terobati di pagi ini, langit cerah berbinar-binar mengiringi kehadirannya, seakan menyeru kita untuk selalu mengawali segala sesuatu yang kita lakukan dengan doa,selalu barusaha semampu dan sekuat tenaga yang kita miliki, bersabar atas segala coba dan goda yang ada, dan berserah diri hanya kepada-Nya, karena memang suatu hal yang pasti bahwa tidak ada secuil perjuanganpun yang sia-sia.

Sore itupun berlanjut dan berganti malam, ya,,,, semalam,, masih terrekam dengan baik di pikiranku. Langit sore yang kuning keemasan itupun berubah menjadi malam yang gelap dan sunyi, membawa suasana hati untuk ber introspeksi, merenung sejenak atas segala hal tellah aku perbuat kemarin,hari ini,sekarang,dan merenungkan hal yang akan kita lakukan di esok hari.Keheningan malam yang diiringi nyanyian jangkrik di kebun depan, dibawah rimbunnya pohon singkong yang dibawahnya pun masih terdapat banyak tanaman bayam yang tumbuh liar, yang senantiasa setia dan rela untuk kami makan ketika memang tidak ingin keluar untuk mencari makan atau ketika memang sudah tak ada uang. Memang allah adalah maha penyayang,,

Ya,,, dibawah tanaman bayam yang tumbuh liar itu nyanyian jangkrik yang memecah kesunyian dimalam itu seakan menyeru,mengingatkan dan menggugah hati kita untuk selalu mengingat-Nya, zat yang takpernah tidur, tak pernah lelah,dan takpernah menghentikan curahan rahmat,kasih,dan sayangnya kepada kita semua, walaupun kita tahu, kita adalah makhluk yang paling sempurna. Tapi terkadang terfikir olehku apakah karena kesempurnaan itu kita menjadi rakus,buta akan lingkungan sekitar,tak peduli akan pentingnya keseimbangan, tak bisa menghargai perbedaan, selalu mempermasalahkan hal yang takperlu di perdebatkan,dan menganggap makhluk lain tak berharga dan jugu seeneknya saja menggunkan sumber daya tanpa peduli akibat ataupun kerugian yang akan terjadi. Sempat terfikir juga olehku,, apasih yang membuat kita dianggap sebagai makhluk yang paling sempurna,,??

Apakah karena fisik / tubuh kita ??,, tapikan kita tidak punya sayap untuk terbang bebas seperti burung,, tak dapat hidup di air sepeti ikan,takbisa lari kencang seperti harimau,dan masih banyak kekurangan lain.

Apakah karena otak kita??,, yah,, mungkin,, tapi apakah karena kesmpurnaan otak itu sehingga kita membuat mesin-mesincanggih berteknologi tinggi hanya untuk menghancurkan sesama,merusak lingkungan,dan merusak segala yang susah payah kita bangun sendiri.??,,apakah karena sempurnanya otok kita sehingga kita tidak punya rasa kasih sayang trehadap sesama,,apakah kita malah saling berlomba untuk menjatuhkan saudara-saudara kita demi kepentingan kita??. Aku menjadi bingung..... Atau... apakah karena kita diberikan perasaan yang lebih dari makhluk lain..??,,, mungkin,bisa,,, tapi apakah karena itu banyak ibu yang tega membunuh,menghilangkan nyawa anak kandungnya,, anak yang selama 9 bulan lebih selalu dalam dekapannya,, mati begitusaja hanya karena persaan “MALU”,,apakah karena malu yang menjadi momok dan alasan untuk membunuh bayi yang tak berdosa,bahkan sebelum anak itu menghirup udara untuk yang pertama kalinya, sungguh menyedihkan. Mungkin karena perasaan itu juga para pemimpih,petinggi kita yang saharusnya menjadi contoh untuk kita malah dengan senang hati dan tak ada beban untuk memakan yang bukan haknya,, merampas hak kita sebagai orang yang seharusnya mereka lindungi, Apakah karena perasaan itu juga kita diam saja ketika melihat pembantaian yang nampak jelas dihadapan kita,, sungguh ironis dan tak masuk akal,

Malam terasa semakin larut dan sunyi, suara jangkrik yang tadi terdengar kini sudah semakin lirih, bulan yang tadi nampak samar kini terlihat semakin terang dan bulat.bertanda bahwa ini adalah pertengahan bulan. Malam itu langit terlihat bersih dan cerah, cahanya yang terang itu seakan mencerminkan kasih sayang mentari kepadakita,terbukti dengan sinarnya yang slalu tercurah kepada kita walaupun dia telah menuju keperaduannya, namun kehangatan cahanya masih kita rasakan melalui bulan dan bintang-bintang yang selalu menjadi teman setia yang dengan sukarela dan senang hati membantu untuk menerangi hidup kita.sepereti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya,tanpa harapan untuk sebuah balasan. Konsep bahwa kasih ibu adalah sama dengan sinar mentari itu masih tetap bertahan dan tak memudar,meski kita tahu bahwa tak sedikit ibu yang tega membuang anaknya dijalanan atau bahkan membunuhnya dengan keji dan tanpa perasaan,takseperti yang telah lama di bicarakan bahwa kasih ibu adalah tulus,, sungguh ironis memang.

Malam juga semakin larut,sudah nampak terasa keheningan dimalam itu, udara dingin lereng gunung sudah begitu terasa, jangkrik yang tadi bernyanyipun sesekali masih terdengar,,tiba-tiba dalam pikiran ini terselip sebuah bayangan,,bagaimana dunia ini tanpa cahaya,, dunia yang gelap,, tak nampak satupun keindahan di dalam kegelapan, dunia yang tak terbayangkan. Mungkin jika kita telah merasakan saat itu,dimana takda sedikitpun cahaya,pasti kita akan bersyukur untuk saat ini.untuk dunia kita yang terang berkilau cahaya, sehingga kita bisa bersiap dan mengumpulkan sebanyak mungkin bekal yang bisa kita kumpulkan untuk menghadapi masa itu. Masa dimana tak ada cahaya yang bisa menerangi langkah kita,tak ada lagi kehangatan cahaya mentari, ataupun keindahan cahaya bulan dan bintang, sungguh tak ada cahaya sedikit pun. Kecuali cahaya keimanan kita, yang akan menuntun kita dengan percikan cahayanya yang terang dan menghangatkan, yang akan membawa kita kedalam kehidup yang kekal dan abadi dengan segala keagungan,kesempurnaan,dan kekekalan hidup.

Sungguh aku telah merasa,,betapa bodahnya aku,, dengan yang telah aku miliki saat ini,, aku tidak sedikitpun punya rasa syukur,rasa tidak puas itu selalu muncul setiap saat, membuat aku rakus,tamak,egois,tak peduli terhadap sesama, selalu melihat kekurangan orang lain untuk diperolokkan,bukan untuk aku bantu,meskipun aku bisa. Slalu menyombongkan diri atas segala kelebihan yang aku miliki,sungguh betapa nintanya aku,, menggerutu,mengeluh,mengelu-elu,adalah teman dekat yang slalu ada didekatku,aku tak tahu bagaimana untuk lepas darinya.aku tak melihat diluar sana,ternyata masih banyak saudara-saudara kita yang menderita,takda tempat tinggal untuk berteduh,yang kelaparan,terasingkan dari masyarakat,dan slalu hidup dalam ketidak pastian. Namun mereka tetap bersyukur atas apa yang mereka dapatkan hari ini. Tidak seperti aku yang tak pernah bersyukur.

Sekarang dipagi hari yang cerah ini,masih ada kesempatan untuk aku,kita semua saudara-saudara ku, untuk sekali lagi berbenah diri,berinstropeksi,untuk slalu memperbaiki diri,mempersiapkan segalahal untuk bekal kita kelak,didalam dunia yang tanpa cahaya,dunia yang sunyi,dunia yang penuh dengan rasa syukur atas mereka yang beruntung, bagi merka yang telah mempersiapkan untuk hari itu. Dunia yang penuh rasa penyesalan,bagi mereka yang menyianyiakan waktu,tak mau bersiap diri untuk hari itu. Mari kita bersama bersiap untuk menerangi jalan kita nanti dengan iman dan taqwa, yang akan menuntun kita kepada dunia yang terang benderang, dunia yang tenang,dunia yang kekal dalam kebahagiaan,menuju kepada surga Allah yang telah disiapkan untuk makhluknya yang selalu bersiap diri menyambut kebahagianan dan kekekalan hidup itu.